Berpolitiklah dengan Tata Krama

By Admin


nusakini.com-Surakarta-Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengajak masyarakat melawan berbagai semburan hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian yang marak menjelang pemilihan umum 2019. Dia meminta masyarakat berpolitik dengan cara-cara santun, beretika, dan penuh tata krama. 

“Sekitar dua bulan ke depan, kita akan masuk pada sebuah pesta demokrasi. Pileg dan Pilpres yang akan menentukan arah bangsa Indonesia ke depan. Karenanya saya nitip beberapa hal, terlebih sekarang banyak semburan fitnah baik di medsos maupun di darat,” ujar Presiden saat menemui pengusaha kayu dan mebel, di De Tjolo Madoe Karanganyar, Minggu (3/2). 

Didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo, sejumlah menteri Kabinet Kerja, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta istri Atikoh Ganjar Pranowo, dan para pejabat lain, mantan Wali Kota Surakarta itu meminta seluruh rakyat melawan hoaks atau informasi-informasi bohong yang marak di mana-mana. 

Di hadapan ribuan tukang kayu, tukang amplas, hingga eksportir kayu dan mebel dari berbagai daerah itu, Presiden mengaku senang dapat bersilaturahmi dan berkumpul dengan para pengusaha dan pekerja perkayuan dan mebel, di mana usaha tersebut juga digelutinya selama 18 tahun ini. 

Dalam sambutannya, pria yang sempat menjadi Gubernur DKI Jakarta itu mengaku jengah dengan berbagai tuduhan dan fitnah yang ditujukan kepadanya sejak 2014. Semburan kebohongan dan dusta marak, di mana yang benar dibalik menjadi salah, demikian pula sesuatu yang salah dibalik menjadi benar. 

“Saya sudah empat tahun hanya diam dan tidak menjawab, karena saya hanya ingin bekerja dari pagi sampai malam serta malam hingga pagi. Tetapi sudah saatnya saya menjawab, jangan sampai dipikir saya takut. Mentang-mentang saya sabar meskipun dihina dan dimaki, dipikir saya penakut. Saya sampaikan berkali-kali tidak ada rasa takut sedikitpun yang hinggap di hati saya,” tandas Jokowi. 

Dia mengungkapkan berbagai serangan hoaks dan fitnah, antara lain tuduhan mengenai antek asing, sebagai orang Partai Komunis Indonesia (PKI), antiulama dan Islam, serta serangan lain. Padahal, banyak yang sudah dilakukan ayah tiga anak ini. 

Pada 2015 Blok Mahakam yang telah lebih dari 50 tahun dikelola Inpex atau perusahaan minyak Jepang, kini sudah diambil 100 persen dan diserahkan kepada PT Pertamina (Persero). Demikian pula Blok Rokan serta PT Freeport Indonesia yang merupakan tambang emas dam tembaga terbesar di dunia yang telah lebih dari 40 tahun dikuasai asing, kini Indonesia memgusai 51,2 persen saham Freeport. 

“Pertanyaan saya, yang antek asing siapa? Jangan begitu dong. Maksudnya, jangan nunjuk-nunjuk orang lain antek asing padahal dirinya sendiri yang antek asing,” sorotnya. 

Tuduhan yang tidak kalah ramai tetapi mental adalah terkait isu PKI. Menurutnya tuduhan itu tidak logis karena Presiden Joko Widodo lahir pada tahun 1961 sedangkan PKI dibubarkan tahun 1965. Artinya umur Jokowi pada 1965 adalah empat tahun atau belum mengetahui apapun tentang PKI. Karenanya, sudah seharusnya masyarakat tak terpengaruh dan tidak mengedarkan hoaks maupun fitnah. 

“Jangan sampai kita disuguhi oleh kebohongan terus menerus. Terlebih sekarang rakyat, baik di kota maupun di desa, sudah cerdas berpolitik, bisa membedakan antara yang benar dan salah, bisa menyaring yang fakta dan kebohongan,” pungkasnya.(p/ab)